Dalam pemandangan sehari-hari di sekolah tidak lagi menjadi hal yang asing jika seorang guru menenteng tas besar dan cukup berat. Di dalam tas tersebut ada laptop dan sejumlah dokumen pembelajaran. Konon ini menjadi ciri khas guru profesional. Akan menjadi asing bila seorang guru tidak membawa perangkat apapun ke dalam kelas, kecuali alat tulis dan beberapa catatan kecil di kantong celana. Konon juga, ini pertanda guru tidak profesional. Benarkah?
Melaksanakan pembelajaran di ruang kelas
sebenarnya adalah menerapkan rancangan atau disain pembelajaran yang telah
dibuat sebelumnya. Rancangan pembelajaran tersebut, idealnya memang dalam
bentuk tertulis. Hal ini sekaligus akan berfungsi sebagai bukti fisik bahwa
guru telah nyata-nyata menyusun program pembelajaran.
Dalam
praktik sehari-hari, sering kali terjadi penyimpangan antara desain pembelajaran
dengan pelaksanaannya. Artinya, proses yang dijalankan guru tidak sesuai dengan
desain yang telah dibuat sebelumnya. Di dalam kelas, guru tidak dapat
melaksanakan programnya dengan baik karena kondisi kelas kurang kondusif. Untuk
memarahi dan menasihati siswa saja, sudah habis waktu sekian menit. Hal ni
dialami oleh guru profesional yang kurang mampu menguasai dinamika kelas dengan
baik.
Guru
sudah capek menyusun perangkat pembelajaran dalam bentuk rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Kegiatan perancangan yang dilakukan antara lain menetapkan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai, materi pelajaran, strategi dan metode, serta
penilaian pembelajaran. Namun RPP itu hanya
menjadi agenda mati saja. Bahkan hanya sekadar bukti fisik bahwa guru sudah
merancang pembelajaran.
Melencengnya
antara rencana dan pelaksanaan pembelajaran masih dapat dimaklumi jika masih
dalam batas normal. Hal ini wajar karena
guru menghadapi siswa yang dinamis dan bukan benda mati yang bisa diutak-atik
sesuka hati. Oleh sebab itu, keterampilan guru dalam mendesain pembelajaran
sangat dibutuhkan.
Sebagai desainer
pembelajaran,
keterampilan guru tidak hanya sekadar menciptakan sebuah rancangan pembelajaran
yang bagus. Lebih dari itu, desain pembelajaran yang dibuat haruslah dapat
dilaksanakan (aplicable). Rancangan pembelajaran didesain betul-betul sesuai
dengan kondisi sekolah, karakter siswa dan lingkungan belajar. Jika guru hanyalah sekadar desainer
copy-paste, kemungkinan besar akan terjadi ketimpangan antara rancangan
pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran di ruang kelas. Mengapa? Kondisi
setiap sekolah akan berbeda-beda sehingga terdapat perbedaan khusus dalam
perancangan pembelajaran.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar